Pastipas.id – Di tengah derasnya arus impor pangan dan krisis iklim yang mengancam produksi pertanian nasional, Bojonegoro justru tampil sebagai lokomotif harapan baru.
Kabupaten yang dahulu dikenal karena ladang minyaknya ini memulai lembaran baru—dengan menggenggam cangkul dan menanam jagung di jantung hutan sosial.
Dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Nurul Azizah dan Kapolres AKBP Afrian Satya Permadi, penanaman jagung serentak digelar di petak 139 RPH Jeblokan, Desa Jono, Kecamatan Temayang. Namun ini bukan sekadar aksi tanam seremonial.
Bojonegoro sedang membangun fondasi Swasembada Pangan 2025, dengan harapan menjadi produsen pertanian terbesar kedua di Jawa Timur.
“Kami tak hanya menanam jagung, tapi sedang menanam masa depan,” ujar Nurul penuh keyakinan.
Gerakan ini merupakan bagian dari kolaborasi nasional yang digagas Polri dan Kementerian Pertanian. Secara serempak, lebih dari 431 ribu hektare lahan di seluruh Indonesia kini dipenuhi benih jagung. Di Bojonegoro, lebih dari sekadar tanaman pangan, ditanam pula pohon durian sebagai simbol keberlanjutan dan diversifikasi ekonomi berbasis hutan.
Bantuan benih dan pupuk pun digelontorkan kepada kelompok tani sebagai amunisi untuk pertempuran jangka panjang melawan kemiskinan pangan.
Bojonegoro, lewat kekuatan petani dan sinergi lintas sektor, tak hanya mengeksekusi kebijakan pusat. Ia sedang mengukir kisahnya sendiri: dari tanah yang dulu bergetar karena minyak, kini tumbuh benih ketahanan nasional yang menjanjikan panen kemandirian.(red)