Peringatan Hari Jadi ke-348 Bojonegoro menjadi momentum memperkuat kolaborasi lintas sektor demi mewujudkan daerah yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing

Pastipas.id, Bojonegoro – Momentum Hari Jadi ke-348 Kabupaten Bojonegoro menjadi lebih dari sekadar perayaan seremonial. Di balik tema “Bersinergi untuk Mandiri”, pemerintah dan masyarakat diingatkan kembali bahwa kekuatan Bojonegoro terletak pada semangat gotong royong dan kolaborasi lintas sektor yang telah mengakar sejak lama. Upacara yang berlangsung khidmat di Alun-Alun Bojonegoro ini juga menjadi refleksi perjalanan daerah menuju pembangunan yang berkelanjutan. Ribuan peserta dari berbagai unsur — mulai ASN, pelajar, pramuka, hingga tokoh masyarakat — memenuhi alun-alun sejak pagi. Keberagaman peserta menggambarkan wujud nyata dari semangat kolektivitas Bojonegoro. Peringatan ini juga bertepatan dengan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur, menambah makna bahwa kemajuan daerah tak lepas dari sinergi dengan pemerintah provinsi dan pusat. Dalam sambutannya, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono menegaskan bahwa tema tahun ini bukan sekadar slogan. “Bersinergi untuk Bojonegoro Mandiri berarti bekerja bersama lintas sektor. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, media, hingga komunitas — semuanya punya peran penting,” ujarnya. Ia menekankan bahwa kemajuan tidak akan pernah lahir dari kerja individu, melainkan dari energi kolektif seluruh elemen masyarakat. Bupati Wahono juga memaparkan sejumlah capaian penting daerah, termasuk penurunan angka kemiskinan sebesar 0,2 poin selama tahun berjalan. Capaian ini menjadi bukti nyata dari arah kebijakan pembangunan yang berpihak pada pemberdayaan masyarakat. Melalui berbagai program unggulan seperti Program Gayatri, pemerintah daerah terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan pertanian. Lebih jauh, Wahono menegaskan bahwa posisi Bojonegoro sebagai lumbung pangan dan energi nasional harus diimbangi dengan peningkatan kapasitas SDM dan tata kelola pembangunan yang adaptif. “Kemandirian bukan berarti menutup diri, tapi kemampuan berdiri tegak dengan kekuatan sendiri sambil terus bersinergi dengan pihak lain,” tambahnya. Sebagai bentuk apresiasi, pemerintah daerah memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok yang berkontribusi nyata bagi Bojonegoro. Mulai dari pelajar berprestasi, pelaku usaha patuh pajak, hingga desa dan kecamatan tercepat dalam pelunasan pajak daerah. Pemberian penghargaan ini bukan hanya bentuk ucapan terima kasih, tapi juga dorongan untuk menumbuhkan budaya kompetitif dan tanggung jawab kolektif dalam membangun daerah. Puncak peringatan ditutup dengan pertunjukan seni dan budaya lokal seperti Reog, Oklik, dan tarian Sufi, yang memukau ribuan warga. Bojonegoro menegaskan dirinya bukan hanya kuat dalam sektor ekonomi dan energi, tetapi juga dalam menjaga warisan budaya dan nilai kebersamaan. Di usia ke-348, Bojonegoro melangkah dengan tekad: membangun kemandirian berbasis sinergi — karena dari kebersamaanlah lahir kekuatan sejati. (red).

admin

Saya hanya anak desa yang ingin bermanfaat untuk dunia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama