Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali menjadi sorotan publik setelah laporan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut bahwa MBG ikut mendorong lonjakan permintaan ayam ras dan telur — komoditas penyumbang signifikan inflasi Oktober. 
Berdasarkan data BPS, inflasi telur ayam ras mencapai 4,43%, sementara daging ayam ras naik 1,13% di bulan tersebut. Menurut Deputi Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, meningkatnya permintaan dua komoditas tersebut dipicu program MBG yang mengalokasikan porsi makan bergizi gratis untuk puluhan juta penerima. 
Sementara itu, Badan Gizi Nasional (BGN) telah mengonfirmasi bahwa realisasi anggaran MBG pada pertengahan Oktober baru mencapai Rp 27 triliun dari total alokasi Rp 71 triliun.
 Kepala BGN, Dadan Hindayana, menyatakan pihaknya terus mempercepat serapan anggaran dan pembangunan dapur (“SPPG”) untuk menjangkau target penerima manfaat.
Namun, target 82,9 juta penerima MBG yang awalnya dijadwalkan rampung tahun ini kini ditunda hingga Februari atau Maret 2026, menurut pernyataan Menko Pangan Zulkifli Hasan dan Kepala BGN.
 Penundaan ini dikarenakan evaluasi tata kelola program dan perluasan unit dapur agar mencukupi distribusi di berbagai wilayah. 
Di sisi lain, kritik terhadap MBG semakin menguat karena laporan keracunan. Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 16.109 orang keracunan MBG hingga akhir Oktober, menjadikan bulan itu sebagai salah satu periode dengan angka tertinggi kasus keracunan.
 Para pengkritik menyoroti lemahnya pengawasan mutu pangan dan distribusi, serta mendesak pemerintah untuk mengevaluasi secara serius mekanisme penyediaan MBG agar program ambisius ini tidak menjadi beban kesehatan publik.
