pastipas.id, BOJONEGORO – Malam tasyakuran Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348 di Pendopo Malowopati, Minggu (19/10/2025), menjadi simbol kuat sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat. Dalam suasana hangat penuh kebersamaan, acara ini tak sekadar seremoni tahunan, tetapi momentum lahirnya kolaborasi nyata menuju Bojonegoro yang mandiri dan berdaya.
Dengan mengusung tema “Bersinergi untuk Bojonegoro Mandiri”, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menunjukkan arah pembangunan yang menempatkan ilmu pengetahuan dan kerja sama lintas sektor sebagai fondasi utama. Kemandirian daerah kini ditafsirkan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga kemandirian berpikir, berinovasi, dan berbudaya.
Acara dibuka dengan kirab budaya pembawa api abadi dari Kayangan Api, yang dipimpin Camat Ngasem Iwan Sopian dan diserahkan kepada Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono. Api tersebut menjadi lambang semangat perjuangan leluhur yang harus terus menyala dalam pembangunan Bojonegoro modern.
Dalam sambutannya, Bupati Setyo Wahono menegaskan pentingnya semangat gotong royong dan nilai-nilai Mataraman yang diwariskan para pendiri Bojonegoro. “Warisan budaya dan semangat leluhur harus kita jaga. Nilai-nilai inilah yang membuat Bojonegoro kuat dan mandiri,” ujarnya. Ia juga menekankan perlunya sinergi antara pemerintah dan dunia pendidikan dalam menciptakan kebijakan berbasis riset.
Sebagai wujud nyata kerja sama itu, malam tasyakuran juga diisi dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Kabupaten Bojonegoro dan delapan perguruan tinggi. Kolaborasi ini diharapkan menjadi ruang bagi pengembangan riset, pengabdian masyarakat, serta inovasi kebijakan publik yang berdampak langsung pada kesejahteraan warga.
Rektor UPN “Veteran” Jawa Timur, Akhmad Fauzi, menyebut kerja sama ini sebagai langkah strategis untuk membangun pembangunan daerah yang berkelanjutan dan inklusif. “Perguruan tinggi bukan hanya tempat riset, tapi juga harus menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat. Bojonegoro menunjukkan langkah maju dalam hal itu,” ungkapnya.
Acara malam tasyakuran ditutup dengan penyerahan penghargaan kepada pemenang lomba desain logo HJB ke-348, prosesi hastungkara, pemotongan tumpeng, dan ramah tamah. Semangat sinergi yang terbangun malam itu menjadi pesan kuat: Bojonegoro tidak bisa maju sendiri, tetapi harus melangkah bersama – pemerintah, masyarakat, dan dunia pendidikan – untuk mewujudkan Bojonegoro yang mandiri, berdaya, dan berbudaya
Tags
Rilis
