Bojonegoro, 1 Agustus 2025 — Di tengah riuhnya geliat olahraga modern, nama Ramadiansyah Setiyawan justru bersinar dari jalur yang berbeda: panahan tradisional. Atlet belia asal Kabupaten Bojonegoro ini berhasil mencatat prestasi membanggakan di kancah nasional lewat ajang Festival Olahraga Rekreasi Masyarakat Nasional (FORNAS) VIII 2025 yang digelar di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Bertanding di bawah naungan Federasi Seni Panahan Tradisional Indonesia (FESPATI) Bojonegoro, Ramadiansyah yang berlaga di Kelompok Umur (KU) 12 Putra sukses mengantongi medali perak dan perunggu. Ia tampil gemilang di Lapangan Bundar Praya, menunjukkan ketenangan dan ketepatan bidikan khas pemanah muda berbakat.
Keberhasilan Ramadiansyah tidak hadir sendirian. Dalam rombongan kontingen FESPATI Bojonegoro, ia bergabung bersama delapan atlet lainnya yang berlaga di berbagai kategori, seperti KU-12 Putri, KU-18 Putra dan Putri, kelompok Dewasa Umum, hingga kelas Jemparingan—a gaya panahan tradisional khas Yogyakarta.
Adapun beberapa nama lain yang ikut serta antara lain Aufa Syarif A dan Shafa Azzahra di KU-12, Zahwa Nabilatul R dan Keisha Alifia SP di KU-18 Putri, serta Rasikhan Ahmad dari KU-18 Putra. Kelompok dewasa diwakili oleh Anisa Piranty dan Anton Dwi P, sementara Jemparingan diwakili oleh Sulistyoningsih.
Prestasi Ramadiansyah menjadi simbol penting bagi eksistensi panahan tradisional di tengah dominasi olahraga digital dan mainstream. Ia membuktikan bahwa ketekunan dalam tradisi mampu bersanding dengan semangat kompetisi modern.
Dengan torehan medali di usia muda, Ramadiansyah kini digadang-gadang sebagai harapan baru olahraga rekreasi berbasis budaya lokal. Perjuangannya tidak hanya membawa nama Bojonegoro, tetapi juga mengangkat panahan tradisional ke panggung kehormatan nasional.
Ke depan, pembinaan dan dukungan terhadap atlet-atlet muda seperti Ramadiansyah menjadi kunci untuk menjaga api semangat olahraga tradisional tetap menyala, sekaligus merawat warisan budaya lewat ajang kompetisi yang sehat dan mendidik.(red)