Bojonegoro, 30 Agustus 2025- Langkah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro yang mensyaratkan keteraturan Ruang Milik Jalan (RuMiJa) sebagai syarat peningkatan status jalan menuai pro dan kontra.
Di satu sisi, kebijakan ini dinilai penting demi keselamatan dan fungsi jalan. Namun di sisi lain, warga yang selama ini menggantungkan ekonomi pada pemanfaatan bahu jalan merasa dirugikan.
Beberapa pelaku usaha kecil di pinggir jalan desa menyampaikan kekhawatiran mereka setelah mendengar bahwa lokasi usahanya akan masuk dalam RuMiJa dan harus dipindahkan.
Seperti diungkapkan Rukminj (47), pedagang warung kopi di Kecamatan Sumberjo, yang mengaku sudah lebih dari 10 tahun membuka lapak di depan rumahnya yang berhadapan langsung dengan jalan desa.
“Kalau harus pindah, ke mana lagi saya jualan? Ini satu-satunya sumber penghasilan saya. Dulu jalan ini sepi, baru sekarang ramai dan jadi laris,” ujarnya dengan nada cemas, Rabu (30/7/2025).
Kepala Bidang Pembangunan dan Peningkatan Jalan Dinas PU Bina Marga, Danang Khurniawan, ST, menegaskan bahwa RuMiJa tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi. “Kita tidak bisa kompromi kalau menyangkut bahu jalan. Itu menyangkut keselamatan lalu lintas dan perencanaan jangka panjang,” tegasnya.
Menurutnya, RuMiJa diperlukan untuk pelebaran jalan, saluran drainase, hingga penempatan utilitas. Jika desa ingin status jalannya meningkat menjadi jalan kabupaten, maka RuMiJa harus steril dari bangunan atau aktivitas warga.
Namun sejumlah pemerhati kebijakan publik menilai perlu adanya kebijakan transisi. “Pemkab jangan hanya fokus pada aspek teknis pembangunan.
Sementara itu, Pemkab Bojonegoro berjanji akan mengirim surat resmi kepada desa-desa yang belum bisa lolos verifikasi karena masalah RuMiJa. Desa diberikan opsi untuk menggunakan dana desa agar bisa melakukan penataan sebelum pengajuan ulang.
Ketegangan ini memperlihatkan dilema antara pembangunan infrastruktur dan kebutuhan ekonomi warga. Ke depan, sinergi antara teknokrat dan masyarakat akar rumput tampaknya menjadi kunci agar pembangunan jalan tak mengorbankan yang menggantungkan hidup di tepinya.(red)