GAYATRI: Sebuah Harapan yang Berkotek dari Kandang-Kandang Desa Sengon


Pastipas.id  – Pagi itu di Desa Sengon, Kecamatan Ngambon, bukan hanya ayam yang berkotek. Harapan pun terdengar ramai di antara celoteh riang anak-anak dan langkah tergesa para ibu menuju kandang. 

Mereka tidak sedang bermain, tapi sedang memulai babak baru dalam hidup—babak di mana ayam petelur menjadi simbol perubahan.

Sebanyak 2.160 ekor ayam petelur baru saja tiba, lengkap dengan 16 ton pakan, vitamin, dan kandang baru. Semuanya disalurkan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui program Gerakan Ayam Petelur Mandiri (GAYATRI), sebuah program unggulan Bupati Setyo Wahono untuk memperkuat ekonomi keluarga desa secara berkelanjutan. Kali ini, giliran 40 keluarga di Desa Sengon yang menerima manfaatnya.

Bagi Hanes Joko Lelono, warga desa setempat, bantuan ini lebih dari sekadar ternak. “Saya dapat 54 ekor ayam, kandangnya juga lengkap. Ini bukan hanya soal telur, tapi soal hidup yang lebih baik,” ujarnya, seraya menatap kandang barunya yang berdiri kokoh di samping rumah. 

Hanes kini memiliki cita-cita kecil tapi nyata—menjual sebagian telur, menyimpan sisanya untuk konsumsi, dan berharap bisa menabung dari hasilnya.

Tak jauh dari rumah Hanes, Linglasiana sedang memungut telur pertama dari kandangnya. “Matur suwun Pak Bupati,” katanya singkat, tapi dengan sorot mata yang hangat. 

Baginya, GAYATRI adalah langkah awal untuk mandiri secara pangan dan finansial. Ia bahkan sudah menghitung bagaimana pembagian telur untuk dijual dan untuk lauk anak-anaknya esok hari.
Disnakkan Bojonegoro tidak lepas tangan. Program ini bukan sekadar bagi-bagi ternak, tetapi juga memberikan bimbingan teknis, pendampingan, dan garansi selama tiga hari pascapendistribusian. Ayam yang sakit akan diganti, pakan yang rusak akan disuplai ulang. 

“Kami ingin memastikan bahwa setiap ayam yang disalurkan benar-benar bisa tumbuh jadi sumber harapan,” ujar seorang petugas Disnakkan.

Di balik deru mesin distribusi dan keranjang penuh pakan, GAYATRI bukan hanya program. Ia adalah kisah tentang ketahanan pangan yang dimulai dari pekarangan sendiri, tentang ekonomi yang bangkit dari suara kokok ayam. Dan bagi warga Sengon, kandang-kandang itu bukan sekadar kayu dan jeruji—tapi altar kecil tempat harapan dipelihara setiap pagi.(red)
























Redaksi

Nothing..

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama