Dalam sambutannya, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Tuban, Syahrul Afifa Ratna Sari, mengungkapkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan kasus TB tertinggi kedua di dunia setelah India.
"Salah satu tantangan utama dalam pengendalian TB adalah masih adanya pasien yang enggan untuk berobat, sehingga risiko penularan semakin meluas. Oleh karena itu, peran puskesmas dalam menerima pasien dan kontak serumah serta keterlibatan aktif kader kesehatan sangat krusial," ujarnya.
Berbeda dengan pelatihan sebelumnya yang lebih menitikberatkan pada peran kader dalam menemukan kasus TB, kegiatan kali ini fokus pada strategi peningkatan kepatuhan pengobatan pasien.
"Hari ini yang hadir adalah penanggung jawab TB dari puskesmas, dengan tujuan agar mereka lebih aktif mendorong pasien untuk menjalani pengobatan secara tuntas," tegas Ratna Sari.
Selain itu, Dinkes P2KB Tuban juga menekankan pentingnya ketersediaan obat Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Menurutnya, puskesmas harus selalu berkoordinasi dengan bagian farmasi untuk memastikan stok obat mencukupi.
"Jika terjadi kekurangan, pihak puskesmas harus segera mengonfirmasi ke dinas terkait agar pasien tetap mendapatkan pengobatan tepat waktu," tambahnya.
Data terbaru menunjukkan bahwa dalam dua bulan terakhir terdapat 48 pasien yang telah menjalani pengobatan TB, sedangkan dalam satu tahun terakhir jumlah pasien yang ditangani mencapai 200 orang.
Sebagai upaya pencegahan dini, Dinkes P2KB Tuban akan menggelar skrining tuberkulosis bagi anak usia dua tahun melalui pemeriksaan kesehatan gratis (CKG).
Selain itu, kebijakan penanganan TBC di puskesmas juga akan diperkuat, mencakup penanganan kasus TBC-IKA-TPT serta memastikan pasien menyelesaikan pengobatan selama enam bulan penuh.
Pemerintah Kabupaten Tuban juga menyampaikan rencana penghargaan bagi kabupaten/kota yang berhasil mengendalikan TBC setiap dua tahun sekali. Penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi daerah lain dalam memperkuat upaya pencegahan dan pengendalian penyakit menular ini.
"Keberhasilan program ini tidak hanya bergantung pada fasilitas kesehatan, tetapi juga pada sinergi antara kader TB dan puskesmas dalam menemukan dan mengedukasi pasien. Dengan semakin banyak kasus yang ditemukan lebih awal, kita bisa mencegah penyebaran yang lebih luas," pungkas Syahrul Afifa Ratna Sari.
Dengan evaluasi rutin dan perencanaan strategis ini, diharapkan program pengendalian TBC di Kabupaten Tuban akan semakin efektif, mampu menekan angka penularan, serta meningkatkan tingkat kesembuhan pasien sebagai wujud komitmen pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat. (riz)
Posting Komentar
Posting Komentar