Makna Filosofis Logo HJB ke-348, Cermin Sinergi dan Kemandirian Bojonegoro

Pastipas.id Menjelang peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke-348, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro memperkenalkan logo resmi bertema “Bersinergi untuk Bojonegoro Mandiri.” Logo hasil karya Bowo Sulistyo, desainer muda asal Desa Sumberagung, Kecamatan Ngraho ini bukan sekadar hasil seni visual, melainkan sarat makna filosofis yang merefleksikan perjalanan dan semangat daerah menuju kemandirian. Menurut Disbudpar, setiap elemen dalam logo mengandung pesan mendalam tentang semangat kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat untuk membangun Bojonegoro secara berkelanjutan. Bentuk utama logo menampilkan simbol infinity (tak berujung), menggambarkan hubungan tanpa batas, kerja sama abadi, dan kesinambungan sinergi dalam pembangunan daerah. Selain itu, terdapat unsur tangga yang menjadi simbol pertumbuhan dan proses menuju kemandirian. Tangga ini melukiskan perjalanan bertahap masyarakat Bojonegoro dalam menggapai kesejahteraan melalui kerja keras, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor. Filosofi ini menegaskan bahwa kemandirian tidak dapat dicapai secara instan, melainkan melalui proses berkesinambungan yang berpijak pada nilai-nilai lokal. Nilai-nilai lokal tersebut tergambar jelas dalam empat elemen visual: api, padi, gelombang air, dan motif Sata Gondo Wangi. Api melambangkan semangat dan optimisme, serta kekayaan sumber daya alam Bojonegoro yang dikenal sebagai penghasil minyak bumi. Padi mencerminkan kemandirian pangan dan kesejahteraan petani sebagai tulang punggung ekonomi daerah. Gelombang air menjadi simbol watak masyarakat Bojonegoro yang damai, tenang, namun kuat — sebagaimana karakter Bengawan Solo yang mengalir melewati kehidupan warga. Sementara motif batik Sata Gondo Wangi, yang diadaptasi dalam desain, merepresentasikan kearifan lokal dan kreativitas masyarakat Bojonegoro. Motif ini mengangkat komoditas unggulan tembakau serta menggambarkan keharuman nama Bojonegoro yang diharapkan terus mewangi di tingkat nasional maupun internasional. Tak kalah menarik, warna dalam logo juga menyampaikan perjalanan Bojonegoro secara simbolik. Warna oranye dan merah di bagian bawah menandakan semangat dan optimisme sebagai fondasi pembangunan. Biru tua dan biru muda menggambarkan kepercayaan serta harmoni antara masyarakat dan pemerintah. Sementara hijau di puncak logo menjadi simbol pertumbuhan, kesejahteraan, dan kemandirian yang menjadi cita-cita bersama seluruh warga Bojonegoro. Susunan warna dari bawah ke atas merefleksikan narasi perjalanan daerah: dimulai dari semangat juang, diikat oleh kebersamaan, lalu bermuara pada kemajuan dan harapan. Dengan konsep tersebut, logo HJB ke-348 bukan sekadar identitas perayaan, tetapi cerminan filosofi pembangunan Bojonegoro yang inklusif, kolaboratif, dan berorientasi masa depan.(red).

admin

Saya hanya anak desa yang ingin bermanfaat untuk dunia.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama